Bekraf memberikan dukungan dengan mengadakan screening film Aruna dan Lidahnya sekaligus talkshow, kemarin (6/2) di Djakarta Theater XXI.
Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendukung film Indonesia yang terpilih untuk sekaligus menjadi cara promosi dan investasi. Aruna dan Lidahnya merupakan adaptasi dari novel dan diproduksi Palari Films yang telah rilis pada September 2018, masuk ke dalam program Culinary Cinema Berlinale. Film ini akan hadir di festival film bergengsi bertaraf dunia yaitu Festival Film Internasional Berlin (Berlinale), dan tahun ini untuk ke 69 kalinya kembali diadakan secara rutin pada bulan Februari.
Hadir pula dalam acara kemarin Joshua Simandjuntak; deputi pemasaran Bekraf, Laksmi Pamuntjak; penulis novel Aruna dan Lidahnya, Meiske Taurisia; produser, Edwin; sutradara, dan Muhammad Zaidy; produser.
Film ini akan diputar di dua venue berbeda yaitu tayang perdana pada tanggal 11 Februari di Groupious Bau Cinema dan pada 12 Februari di Cubix Cinema, Alexanderplatz. Fokus utama dari Culinary Cinema adalah ingin memberikan pengalaman menonton sekaligus juga mencicipi secara langsung kuliner yang terinspirasi dari film.
Dalam program ini, 200 penonton dari berbagai penjuru dunia akan berkesempatan mencicipi makan malam hasil interpretasi kuliner Indonesia melalui film Aruna dan Lidahnya sebanyak 5 course meal dari chef Vietnam yang berbasis di Berlin dan memiliki restoran dengan predikat Michelin Star yang telah ditunjuk oleh panitia Culinary Cinema Berlinale.
Semakin baik kualitas film Indonesia, antuasisme penonton pun semakin besar untuk menontonnya. Menciptakan sebuah tren serta respon positif di perfilman Indonesia sendiri, harapan dari Bekraf adalah terus meningkat untuk beberapa tahun ke depan. Ini adalah bentuk dukungan Bekraf terhadap perfilman Indonesia.
Film sering menjadi lokomotif dari multiplayer effect. Kuliner menjadi subsektor yang Bekraf dukung untuk bisa hadir di Culinary Cinema melalui film Aruna dan Lidahnya. Harapannya adalah kuliner Indonesia akan lebih dikenal, bahkan bisa membuka pintu bisnis dari sektor kuliner, karena tugas Bekraf adalah meningkatkan ekspor. Salah satu usaha kreatif termasuk kuliner pun bisa memasuki pasar global. Pemerintah Indonesia melalui Bekraf terhadap subsektor film yaitu mendukung keberangkatan tim produksi film Aruna dan Lidahnya.
Hmm… Lezatnya! Ini 5 Kuliner Nusantara yang Ada di Film Aruna dan Lidahnya
Festival film Internasional pun memiliki kelasnya masing-masing. Untuk Berlinale ini, termasuk 3 festival film terbesar di dunia. Tidak semua festival film memiliki program Culinary Cinema dan salah satu inisiator awal adalah Berlinale, ketika masuk ke dalam kategori, tim produksi Aruna dan Lidahnya tidak membuang kesempatan.
Aruna dan Lidahnya terpilih untuk tayang di Culinary Cinema setelah melakukan tahap penyeleksian. Mengikuti festival seperti sedang berkompetisi yaitu menyiapkan karya sebaik mungkin sehingga saat film di submit, tim Berlinale pun tertarik dan akhirnya film ini pun terpilih.
Sudah Siapkan Nyali? Inilah Daftar 5 Film Horor yang Gentayangan di Tahun 2019!
Harapannya dengan screening film Aruna dan lidahnya dalam program Culinary Cinema ini adalah bagaimana makanan Indonesia yang juga merupakan budaya universal dapat diterima dan mendapatkan respon yang positif dari International audience, bagaimana mereka melihat Indonesia dari makanannya. Mungkin dari festival film ini akan terbuka pintu lain dalam konteks parisiwata, kuliner, budaya, dan ekonomi untuk Indonesia.
Mengeksplor market Internasional merupakan kesempatan berharga yang didukung oleh pemerintah agar industri kreatif mendapatkan pasar yang lebih luas lagi dalam mendistribusikan film Indonesia ke berbagai negara. Bekraf juga bekerjasama dengan Torino Film Lab (TFL) membantu para sineas Indonesia masuk ke pasar film dunia.