Trailer film Gundala Putra Petir akhirnya resmi dirilis pada Sabtu (20/7/2019) melalui kanal YouTube Screenplay films. Perilisan trailer tersebut ternyata mendapatkan respons positif dari masyarakat Indonesia.
Setelah menonton Trailer film Gundala, banyak masyarakat mengaku tak sabar menunggu film tersebut tayang di layar lebar. Namun sayangnya film jagoan versi Indonesia ini baru akan tayang pada 29 Agustus 2019 mendatang.
Trailer film Gundala rupanya juga turut ditayangkan dalam acara We The Fest 2019. Trailer berdurasi dua menit itu ditampilkan dari panggung utama pada hari kedua We The Fest, di JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat.
Dalam trailer tersebut, terlihat karakter Sancaka kecil dengan ekspresi marah dan kesal. Tak hanya itu ia juga basah kuyup. Tak hanya itu, film ini memperlihatkan kondisi Jakarta yang kacau, kerusuhan di mana-mana.
Film Gundala Putra Petir ini dikerjakan oleh Bumi Langit Studios bersama Screenplay Films dan Legacy Pictures, Berikut telah kami rangkum fakta-fakta mengenai film Gundala
1. Diambil dari serial komik Indonesia
Gundala merupakan karakter jagoan dalam komik legendaris Indonesia. Karakter Gundala lahir dari karya komikus Harya Suraminata atau yang akrab dengan sebutan Hasmi. Hasmi menciptakan tokoh ini di komiknya lantaran dirinya terinspirasi oleh seorang tokoh Jjawa yang bernama Ki Ageng Selo yang diyakini memiliki kekuatan bisa menangkap petir.
Karakter Gundala dibuat mirip dengan Ki Ageng Selo. Jagoan yang satu ini dapat mengalahkan musuh-musuhnya dengan sejumlah kekuatan istimewa yang bersumber dari petir. Komik Gundala telah rilis 23 judul hingga 1982. Karakternya yang “merakyat”, memberikan kedekatan dan kebanggaan tersendiri bagi para penggemarnya di Indonesia.
2. Melibatkan aktor ternama
Selain Abimana Aryasatya, ada beberapa aktor dan aktris ternama lainnya yang ikut serta dalam penggarapan film ini salah satunya ialah Tara Basro. Dalam film Gundala, Tara Basro berperan sebagai seorang wanita yang bernama Wulan.
Tak hanya itu, film Gundala juga melibatkan aktor Indonesia yang kerap terlibat dalam film Hollywood, yaitu Cecep Arif Rahman. Di film ini Cecep berperan sebagai penari, tetapi tak hanya itu saja, Cecep rupanya juga menjadi penanggung jawab koreografi dalam film Gundala.
3. Syuting di 70 Tempat
Film jagoan Indonesia ini ternyata menjalani syuting di berbagai tempat. Tak tanggung-tanggung dalam proses pengambilan gambar, Gundala menggunakan 70 lokasi yang terbilang sebentar yakni kurang dari dua bulan.
Maka dari itu, para pemain bisa berpindah hingga dua tempat berbeda dalam satu hari. Film ini juga melibatkan banyak pemain. Total ada 1.800 pemain yang terlibat film garapan Joko Anwar ini.
4. Naskah dibuat di tempat yang tidak biasa
Dalam proses pembuatan naskah film Gundala, Joko Anwar selaku sutradara sekaligus penulis naskah mengaku membuat adegan demi adegan di tempat yang tak diduga. Joko mengaku menulis naskah film Gundala ini di beberapa tempat tak terkecuali, kuburan dan museum.
Joko menghabiskan waktu empat bulan untuk menyelesaikan skenario Gundala. Hal ini lantaran Joko Anwar menginginkan jalan cerita Gundala cocok dengan zaman sekarang.
5. Kostum dibuat di Los Angeles
Tidak hanya tentang naskah dan skenario, Joko Anwar selaku sutradara yang menggarap film ini tentunya juga memperhatikan perihal kostum yang akan di pakai Gundala. Tak tanggung-tanggung, Joko bahkan memproduksi kostum tersebut sampai ke Los Angeles, Amerika Serikat. Yang lebih membuat orang tercengang ialah tempat pembuatan kostum Gundala ternyata adalah tempat yang sama dengan produksi kostum superhero Marvel, Daredevil. Benar-benar keren!
Dan yang lebih membuat menarik ialah proses pembuatan kostum Gundala ini. Kostum dibuat dengan proses yang tidak biasa melainkan dengan menggunakan sistem 3D scan full.
6. Biaya tak sentuh 5 Triliun
Walaupun disebut sebagai film superhero pertama keluaran Indonesia dan melibatkan 1.800 pemain, ternyata biaya produksi film Gundala tidak menyentuh angka 5 Triliun. Hal ini di ungkapkan Joko Anwar langsung.
Namun sayangnya Joko tidak menyebutkan nominal pasti berapa anggaran yang harus dikeluarkan dalam proses pembuatan film ini.
“Yang jelas biayanya tak sampai Rp 5 triliun. Industri film Indonesia, kan belum sebesar Hollywood. Namun saya menjanjikan cerita yang relevan, memotret persoalan masyarakat Indonesia saat ini sehingga usai menonton, penonton bisa mendiskusikannya dengan orang lain. Jangan sampai keluar bioskop, penonton mudah melupakan film ini,” tutur Joko Anwar.