Alasan yang Bikin Hubungan Kandas

0
4
Anonymous ethnic couple sitting on sofa having marriage issues
Photo from Unsplash

Sebenarnya putus itu wajar saja, karena yang spesial adalah hubungan yang berakhir di pelaminan. Dalam 10 kali pacaran, ya harusnya memang hanya 1 saja yang sampai menikah, 9 lainnya harus putus di tengah perjalanan. Biasanya dari kisah-kisah putus dan patah hati itu, kita belajar banyak hal dan memperbaiki diri untuk hubungan selanjutnya. Tapi tentu, kita tidak berharap untuk terlalu sering gagal dalam berpacaran.

Namun kenapa ya masih banyak pasangan yang akhirnya sering putus di tengah jalan? Ternyata, ada beberapa faktor yang paling sering dijadikan alasan untuk bubar. Apa saja ya?

SELINGKUH

Tentunya ini alasan paling banyak. Karena, jujur saja, berkomitmen kepada satu orang itu tidak mudah bagi semua orang. Mungkin ada beberapa yang memilih untuk memaafkan dan mengulang lembaran baru di hubungannya. Namun banyak juga yang tidak bisa menyembuhkan luka dari sakitnya diduakan. Walau sudah mencoba memaafkan, ternyata rasa sakit masih menghantui, sehingga berakhir menjadi selalu curiga terhadap pasangan walau ternyata pasangannya sudah setia. Hal ini membuat hubungan menjadi tidak sehat sehingga akhirnya bubar menjadi keputusan yang terbaik.

MacBook Pro, white ceramic mug,and black smartphone on table
Photo from Unsplash

JOBLESS

Sebagai orang yang sudah dewasa, faktor memiliki pekerjaan yang jelas tentu menjadi hal penting yang harus dipertimbangkan. Kita tidak lagi berada di usia sekolah yang hanya memikirkan tugas pelajaran di esok hari. Kita sudah harus berhadapan dengan kenyataan bahwa setiap hari ada uang yang harus dikeluarkan demi bertahan hidup. Memiliki pasangan yang pengangguran tentu membuat hubungan rentan putus karena dianggap tidak memiliki masa depan yang terjamin. Apalagi apabila yang pengangguran adalah pihak laki-laki. Studi di Harvard tahun 2016 menunjukkan bahwa kondisi pekerjaan suami bisa menjadi faktor cerai karena masih adanya stigma bahwa lelaki adalah pencari nafkah utama dalam keluarga. Maka dari itu, memiliki pasangan yang pengangguran bisa mempengaruhi kestabilan rumah tangga.

MENGHINDARI MASALAH

Tentu tidak semua masalah harus diperpanjang dan baiknya dibiarkan berlalu saja. Namun sebaiknya itu tidak terjadi ke semua masalah yang ada, terutama hal-hal esensial yang terus-menerus menjadi alasan bertengkar. Tanpa disadari, hal ini bisa menjadi bom waktu dalam sebuah hubungan, karena masalah ini terus menumpuk dan tidak pernah ada solusinya. Makanya, apabila ada masalah yang penting atau terjadi berulang kali, sebaiknya dibicarakan baik-baik dan dicari solusinya bersama.

person holding white printer paper
Photo from Unsplash

ABUSIVE

Kekerasan fisik mungkin lebih identik dengan perlakuan pria ke wanita, padahal bisa juga sebaliknya. Siapa pun pelakunya, tindak kekerasan dalam sebuah hubungan itu sangat tidak bisa dibenarkan. Dari sinilah kita harus belajar untuk mengontrol emosi dan amarah kita. Namun selain kekerasan fisik, ada juga kekerasan verbal dan psikologi. Bagi kamu yang suka marah-marah dan mengeluarkan kata-kata yang kasar, mulailah untuk memperbaiki diri. Bagi sebagian orang, kata-kata bisa lebih tajam daripada pedang. Sedangkan kekerasan psikologi adalah kekerasan yang membuat pasangan merasa tertekan. Misalnya alih-alih membicarakan masalah, kamu malah mendiamkan pasangan dan membiarkannya pusing sendiri. Hal-hal ini bisa membuat pasangan kita menjadi depresi sehingga bubar dianggap sebagai solusi.

MENIKAH TERLALU MUDA

Betul sih, usia hanyalah angka. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa semakin matangnya usia, kita memiliki kesempatan untuk belajar banyak hal dan memiliki emosi yang lebih stabil. Tentu hal ini tidak bisa disamaratakan ke semua orang, namun tidak bisa dipungkiri bahwa memutuskan untuk menikah saat usia masih terlalu muda bisa menjadi faktor kandasnya rumah tangga. Hal ini disebabkan oleh emosi kedua belah pihak atau salah satu pihak yang masih labil sehingga belum bisa melewati segala cobaan rumah tangga. Ada juga yang belum puas untuk bebas sehingga tidak siap berkomitmen. Tentunya hal ini relatif, memang ada yang sudah dewasa di usia muda, tapi ada juga yang memang masih labil. Lebih baik menikah di usia saat emosi sudah stabil ya!

Nah, itu loh Popel, faktor-faktor yang sering menjadi alasan bubarnya sebuah hubungan pacaran atau bahkan rumah tangga. Sebaiknya kamu pun mulai introspeksi diri juga ya, Popel! Kira-kira ada nggak nih sifat dan sikap di atas ini yang sama dengan dirimu? Atau di hubunganmu? Segeralah berkomunikasi dengan pasangan supaya bisa mengatasi masalah ya! Semoga langgeng!

(Visited 721 times, 1 visits today)