Awalnya Backpacker, Kehabisan Uang Lalu Menjadi Begpacking!

0
7
begpacking

Saat turis mancanegara memutuskan untuk mengemis di negara yang dikunjunginya. Awalnya Backpacker, Kehabisan Uang Lalu Menjadi Begpacking!

Rasanya menemukan pengamen, pengemis, hingga pedagang yang berjualan di trotoar bukanlah hal yang sulit ditemukan. Namun, apa jadinya bila yang kalian temukan sedang mengamen, berjualan dan mengemis adalah warga negara asing atau turis? Ya, inilah yang dinamakan begpacking yang beberapa tahun terakhir banyak dijumpai di negara tetangga termasuk juga Indonesia.

Kata begpacking terdiri dari 2 kata, yakni beg yang mempunyai artian mengemis dan packing. Istilahnya sendiri dalam dunia traveling lebih digunakan untuk merujuk turis yang berlibur ke luar negeri dan kehabisan ongkos. Turis-turis tersebut kemudian mengemis, mengamen, hingga menjual barang di pinggir jalan untuk mengumpulkan uang sebagai biaya melanjutkan traveling mereka.

Gemar Traveling, Wanita Cantik Asal Australia Ini Tinggal di Truk!

Beg, mengemis, tentunya memiliki konotasi negatif di negara kita, Indonesia. Namun, turis-turis kehabisan ongkos ini tak enggan untuk menadahkan tangan. Banyak orang yang mengatakan kalau turis asing ini ‘rela bekerja’ karena kehabisan uang. Dan beberapa sumber lain menyebut jika mereka melakukan begpacking agar mendapatkan uang yang hasilnya nanti digunakan untuk berfoya-foya.

Begpacking Didominasi Negara Eropa, Amerika dan Australia

Umumnya, turis yang mengandalkan kegiatan ini banyak berasal dari Eropa, Amerika dan Australia. Mereka memilih untuk berpergian ke negara-negara berkembang seperti Asia Tenggara, sebut saja Thailand, Malaysia, Laos, Vietnam dan Indonesia.

Kasus turis-turis “bule” diatas memang tidak bisa dimasukkan dalam definisi mengemis seperti mereka yang menadahkan tangan di depan ATM, supermarket, dan jembatan. Kedermawanan orang-orang Indonesia pun perlu diapresiasi dan diacungi jempol, mau menolong orang yang sedang kesusahan. After all, keramahan penduduk Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi turis-turis internasional.

Akan tetapi fenomena seperti ini bisa menjamur dan menjadi masalah yang menyusahkan negara. Lihat saja bagaimana turis-turis tersebut tak turut menyumbang devisa negara dengan membayar hotel yang telah disewa. Bermodalkan “kehabisan ongkos”, mereka pun mengandalkan iba dari penduduk lokal. Bantuan finansial yang didapat pun juga sering tidak digunakan untuk segera pulang ke negara asalnya.

Tahun 2018, 5 Tren Traveling Ini Banyak Disukai. Nomor 4 Paling Seru!!

Hmm.. kalo sudah begini, apa sih yang seharusnya dilakukan para turis-turis yang kehabisan ongkos ya. Harusnya sih, mereka mempersiapkan benar-benar berapa biaya yang diperlukan saat menuju negara yang akan mereka tuju untuk berwisata. Atau paling tidak, mereka bisa menuju kedutaan besar asal negara mereka untuk meminta bantuan.

(Visited 47 times, 1 visits today)